Kau kalah tapi tidak mengalah
Kau telah memilih langkahmu menggalau sepi
Di antara hiruk kehidupan, kau merajut harimu
Dalam tawa lepas tanpa kehilangan arah
Memang, kau tak mencipta hidup
Kau menikmatinya dalam tenggak tuak
Seraya bicara tentang nilai kehidupan
Tak kan kulupa
Tak kan
Kau mengajakku menyila di tengah kerumunan mabuk
Kau membiarkanku menilai hidupmu
Namun kau begitu marah bila aku berniat menyeruput
Kau berang kala aku ingin sepertimu
Badik pun kau tujukan di millimeter retinaku
Suaramu menggelegar
Dan kau tumpahkan tuak di wajahku
Seraya menyuruhku mematung galau
Sejak kecil, kau mengantarku mengenali bumi
Saat dewasa, kau memberiku senyum rasa bangga
Membekaliku begitu banyak badik menuju negeri perantauan
Badikmu selalu hidup di diriku
Jiwa baikmu yang tak ingin aku meniru purukmu
Jiwa renyahmu yang mengajariku kebaikan
Menuturkan makna cinta
Membuaikan kesetiaan kasih
Dan membiarkan dirimu sebagai contoh salah
Ah!
Kau kemudian pergi
Meringkih senyap
Tanpa takut
Karena kau memang telah memilih kesenyapan
Dalam riuhmu mencari kebenaran!
Makassar, 21 Juni 2011
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar